SMA 2 PSKD

SMA 2 PSKD

Jumat, 23 Oktober 2015

ONDEL-ONDEL MASKOTNYA KOTA JAKARTA



ONDEL-ONDEL MASKOTNYA KOTA JAKARTA




Ondel-ondel pada pembukaan Hotel Des Indes, Batavia 1923
Siapa yang tak kenal ondel-ondel yang muncul ketika perayaan hari jadi Jakarta. Sosoknya yang unik membuat acara Hari Ulang Tahun Jakarta semakin meriah. Ondel-ondel pun bisa di bilang sebagai Maskotnya kota Jakarta, meskipun perkembangan jaman yang sudah modern sosok ini tidak akan pernah lekang oleh waktu, setiap warga Jakarta selalu menunggu kehadirannya.




Boneka ondel-ondel ini sebenarnya terbuat dari kertas dengan ukuran tingginya sekitar dua setengah meter. Bentuknya yang berwarna warni serta selalu tampil berpasangan. Kerangka ondel-ondel ini terbuat dari anyaman bambu sehingga ringan untuk di pikul. Bagian kepalanya dibuat topeng, sedang rambutnya terbuat dari ijuk  yang dibalut dengan kertas berwarna warni sehingga mirip dengan rambut. 

Tak hanya kota Jakarta saja yang mempunyaisejarah, namun ondel-ondel ini pun memiliki riwayat sejarahnya. Konon boneka raksasa itu dahulunya sering diarak keliling kampung oleh warga Betawi . Ternyata awalnya ondel-ondel disebut Barongan, namun tak ada yang tahu pasti arti kata tersebut. Mungkin berasal dari kata Barengan yang berarti bareng-bareng atau sama-sama. Sebutan itu sebenarnya dari kalimat ajakan dalam logat Betawi “nyok, kite ngarak bareng-bareng, ”. Sejak kapan kemunculannya ondel-ondel ?  Namun yang jelas boneka raksasa ini sudah ada sejak atau bahkan jauh sebelum Vereenigde Oostindische Compagnie  masuk ke Nusantara.

W. Scot, seorang pedagang asal Inggris mencatat dalam bukunya, jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605.  Namun, karena perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi terlihat asing dimatanya, sehingga bentuk penyampaian lisan maupun tulisan hanya berupa gambaran-gambaran secara kasat mata saja dan mengambil istilah-istilah yang relevan dengan bahasa bangsanya. 

Seorang asal Amerika bernama E.R. Schidmore yang datang di Batavia pada penghujung abad ke 19, melaporkan dalam bukunya, "Java, The Garden of The East", tentang adanya pertunjukan seni di Betawi berupa tarian-tarian di jalanan, karena perbedaan latar budaya dan tradisi alhasil Schidmore tidak menyebut secara jelas apa jenis tarian yang bermain di jalanan itu. Namun dapat diperkirakan bahwa kesenian itu adalah ondel-ondel, mengingat tarian itu bermain di jalanan.



Dulunya sebelum dipertunjukkan ondel-ondel biasanya minta madat, namun karena madat atau ganja dilarang sebagai gantinya Ondel-ondel dikasih rokok lisong, dengan cara ditempelkan di mulutnya. Ondel-ondel pun sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Menurut kepercayaan orang-orang Betawi wabah seperti misalnya cacar akan hilang setelah orang-orang mengarak ondel-ondel keliling kampung.

Berkaitan dengan fungsinya, pembuatan ondel-ondel biasanya melalui proses ritual tertentu. Sebelum proses pembuatan dimulai, pengrajin ondel-ondel akan menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa dan bubur sumsum. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik.

Pembuatan ondel-ondel dengan menerapkan ritual seperti itu masih berlangsung hingga 1980-an. Namun setelah masa itu, proses ritual tersebut mulai ditinggalkan sejalan dengan bergesernya fungsi ondel-ondel. Seiring perkembangan zaman, ondel-ondel digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, hajatan perkawinan atau khitanan, serta untuk penyambutan tamu kehormatan, semisal pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. 

TEHYAN, PENGIRING ONDEL-ONDEL

Tak banyak orang yang mengenal alat musik tehyan. Keberadaan alat musik yang berasal dari negeri Cina Ini mulai langka. Cara bermainnya yang cukup sulit pun menyebabkan alat musik tehyarLsaat ini mulai ditinggalkan. Meski begitu, mungkin sebagian orang masih dapat menemukan tehyan yang digunakan saat pertunjukan kesenian ondel-ondel walau hanya sebagai pengisi suara saja.

Tehyan merupakan alat musik gesek berbentuk panjang dengan bagian bawah yang agak melebar. Jika diamati, alat musik ini mirip rangka manusia mulai bagian badan hingga bokong. Tangga nada dalam alat musik tchyan yang dlatonls. dalam permainannya lebih mengandalkan feeling atau perasaan. Itulah yang membuat alat musik Ini berbeda dengan alat musik lainnya.




Pengamat sejarah yangjuga pemerhati budaya Betawi dari Lembaga Kesenian Betawi (LKB). Yahya . Andi Saputra, mengungkapkan, tehyan adalah salah satu alat musik Betawi hasil perpaduan kebudayaan Tionghoa yang masih tersisa. Menurutnya, saat ini tehyan mulai Jarang dijumpai karena langkanya alat musik tehyan digunakan oleh masyarakat. Yahya menuturkan, tehyan mulai dikenal di masyarakat pribumi sejak bangsa Tionghoa datang ke Batavia pada abad ke-17. Saat itu. tehyan menjadi salah satu alat kesenian Tionghoa yang dibawa ke Batavia. Dulunya alat musik tehyan dimainkan dalam orkes Yan Kin di mana pemainnya merupakan warga keturunan Tionghoa. Yahya mengungkapkan, ada beberapa daerah, di mana permainan alat musik ini tumbuh dengan subur. Orkes Yan Kin dimainkan sebagai penyambut tamu pada acara tuan tanah, seperti di Jatinegara ataupun Rorotan. Di sinilah alat musik tehyan mulai dikenal dan akhirnya sering digunakan sebagai pengiring musik gambang kromong.

Pada dasarnya, tambah Yahya, dalam orkes Yan Kin terdapat dua alat musik sejenis yang dimainkan dengan cara dlgesek selain tehyan. yakni alat musik sukong dan kongahyan. Ketiga alat musik Ini merupakan alat musik sejenis, hanya saja ukurannya yang berbeda. Ketiganya merupakan alat musik yang berasal dari China. Daii perpaduan dua kebudayaan inilah beberapa alat musik dalam orkes Yan Kin berbaur dengan alat musik pribumi. Lagu-lagu atau musik hasil perpaduan dua alat musik dari kebudayaan berbeda Inilah menghasilkan alunan pada gamelan ajeng atau gambang kromong.



Seiring berjalannya waktu, tak Jarang tehyan menjadi alat musik pengiring pada kesenian ondel-ondel. Seperti yang dilakukan Ahmad Jadi (42) pemilik kesenian ondel-ondel keliling yang berada di Cempakaputih. Jakarta Pusat. Jadi mengaku bahwa tehyan menjadi bagian penting alat musik pengiring ondel-ondel. Suara yang dihasilkan dari tehyan menuntun ondel-ondel ketika menari. Dalam kesenian ondel-ondel, menurut Ahmad, selain tehyan. unsur alat musik yang digunakan adalah gendang pencak, rabana, bende atau kemes. nlngnong. serta rebana ketipring. "Alat musik tehyan dimainkan untuk mengeluarkan unsur melodi dalam lagu ondel-ondel." tutur Ahmad .

Ketika masa kepemimipinan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), ondel-ondel dijadikan sebagai boneka seni khas Betawi. Ondel-ondel juga menjadi seni pertunjukan rakyat yang menghibur.  Ketika melakukan pertunjukan, dengan menggoyang-goyangkan badan dan kepala yang menoleh ke kiri dan ke kanan, ondel-ondel sering kali diiringi musik khas Betawi saeperti tanjidor, pencak Betawi, bende, ningnong, rebana, dan ketimpring.

Ketika wajah kota Jakarta berubah menjadi lebih modern sekitar 1960-an hingga kini, wajah boneka raksasa itu tampilannya tidak lagi seram dan berbau mistis. Wajah dan gambaran dari ondel-ondel masa kini tampak lebih manis dan bersahabat. Hal itu sejalan dengan fungsi ondel-ondel yang berubah menjadi boneka penghibur bagi semua kalangan, termasuk anak-anak.

 Benyamin Syueb - Nyok Nonton Ondel-Ondel
Nyok kita nonton ondel-ondel Nyok!!
Nyok kita ngarak ondel-ondel
nyok!
Ondel-ondel ada anaknya nye
Anaknya ngider-der ideran

MAk!bapak ondel-ondel ngibing ser!
Ngarak penganten disunatin
Goyangnya asik ndut-ndutan
Yang ngiringin enjot-njotan!

Plank dung plang dung plang
plak..plak..plak!
Gendang nyaring ditepak Yang ngiringin nandak pada
surak-surak
Tangan iseng jailin
Pale anak ondel-ondel
Tarukin puntungan
,rambut kebakaran
Anak onel-ondel jijikrakan
Kepale nyale berkobaran
Yang ngarak pada kebingungan
Disiramin air comberan


 “Jadi Kite sebagai orang yang tinggal di JAKARTA harus bangga dan melestarikan Kesenian “ONDEL-ONDEL BETAWI seperti kata bang BENYAMIN S.

Sumber:
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Sejarah_Ondel_-_Ondel_Betawi
http://rahmadpujianto.blogspot.co.id/2012/03/ondel-ondel.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar