ONDEL-ONDEL MASKOTNYA KOTA JAKARTA
Ondel-ondel pada pembukaan Hotel Des Indes, Batavia 1923
Siapa yang tak kenal ondel-ondel yang muncul ketika
perayaan hari jadi Jakarta. Sosoknya yang unik membuat acara Hari Ulang
Tahun Jakarta semakin meriah. Ondel-ondel pun
bisa di bilang sebagai Maskotnya kota Jakarta, meskipun perkembangan jaman yang sudah
modern sosok ini tidak akan pernah lekang oleh waktu, setiap warga Jakarta
selalu menunggu kehadirannya.
Boneka ondel-ondel ini sebenarnya terbuat dari kertas
dengan ukuran tingginya sekitar dua setengah meter. Bentuknya yang berwarna
warni serta selalu tampil berpasangan.
Kerangka ondel-ondel ini terbuat dari anyaman bambu sehingga ringan untuk di
pikul. Bagian kepalanya dibuat topeng, sedang rambutnya terbuat dari ijuk
yang dibalut dengan kertas berwarna warni sehingga mirip dengan rambut.
Tak hanya kota Jakarta saja yang mempunyaisejarah, namun ondel-ondel ini pun memiliki riwayat
sejarahnya. Konon boneka raksasa itu dahulunya sering diarak keliling kampung
oleh warga Betawi . Ternyata awalnya ondel-ondel disebut Barongan,
namun tak ada yang tahu pasti arti kata tersebut. Mungkin berasal dari kata
Barengan yang berarti bareng-bareng atau sama-sama. Sebutan itu sebenarnya dari
kalimat ajakan dalam logat Betawi “nyok, kite ngarak bareng-bareng, ”. Sejak
kapan kemunculannya ondel-ondel ? Namun yang jelas boneka raksasa
ini sudah ada sejak atau bahkan jauh sebelum Vereenigde Oostindische
Compagnie masuk ke Nusantara.
W. Scot, seorang pedagang asal Inggris mencatat dalam
bukunya, jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605.
Namun, karena perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi terlihat
asing dimatanya, sehingga bentuk penyampaian lisan maupun tulisan hanya berupa
gambaran-gambaran secara kasat mata saja dan mengambil istilah-istilah yang
relevan dengan bahasa bangsanya.
Seorang asal Amerika bernama E.R. Schidmore yang datang
di Batavia pada penghujung abad ke 19, melaporkan dalam bukunya, "Java,
The Garden of The East", tentang adanya pertunjukan seni di Betawi berupa
tarian-tarian di jalanan, karena perbedaan latar budaya dan tradisi alhasil
Schidmore tidak menyebut secara jelas apa jenis tarian yang bermain di jalanan
itu. Namun dapat diperkirakan bahwa kesenian itu adalah ondel-ondel, mengingat
tarian itu bermain di jalanan.
Dulunya sebelum
dipertunjukkan ondel-ondel biasanya minta madat, namun karena madat atau ganja
dilarang sebagai gantinya Ondel-ondel dikasih rokok lisong, dengan cara
ditempelkan di mulutnya. Ondel-ondel pun sering digunakan untuk menolak bala
atau roh jahat. Menurut kepercayaan orang-orang Betawi wabah seperti misalnya
cacar akan hilang setelah orang-orang mengarak ondel-ondel keliling kampung.
Berkaitan dengan fungsinya, pembuatan ondel-ondel biasanya melalui proses ritual tertentu. Sebelum proses pembuatan dimulai, pengrajin ondel-ondel akan menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa dan bubur sumsum. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik.
Pembuatan ondel-ondel dengan menerapkan ritual seperti itu masih berlangsung hingga 1980-an. Namun setelah masa itu, proses ritual tersebut mulai ditinggalkan sejalan dengan bergesernya fungsi ondel-ondel. Seiring perkembangan zaman, ondel-ondel digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, hajatan perkawinan atau khitanan, serta untuk penyambutan tamu kehormatan, semisal pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Berkaitan dengan fungsinya, pembuatan ondel-ondel biasanya melalui proses ritual tertentu. Sebelum proses pembuatan dimulai, pengrajin ondel-ondel akan menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa dan bubur sumsum. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik.
Pembuatan ondel-ondel dengan menerapkan ritual seperti itu masih berlangsung hingga 1980-an. Namun setelah masa itu, proses ritual tersebut mulai ditinggalkan sejalan dengan bergesernya fungsi ondel-ondel. Seiring perkembangan zaman, ondel-ondel digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, hajatan perkawinan atau khitanan, serta untuk penyambutan tamu kehormatan, semisal pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
TEHYAN, PENGIRING ONDEL-ONDEL
Tak banyak orang
yang mengenal alat musik tehyan. Keberadaan alat musik yang berasal dari negeri
Cina Ini mulai langka. Cara bermainnya yang cukup sulit pun menyebabkan alat
musik tehyarLsaat ini mulai ditinggalkan. Meski begitu, mungkin sebagian orang
masih dapat menemukan tehyan yang digunakan saat pertunjukan kesenian
ondel-ondel walau hanya sebagai pengisi suara saja.
Tehyan merupakan
alat musik gesek berbentuk panjang dengan bagian bawah yang agak melebar. Jika
diamati, alat musik ini mirip rangka manusia mulai bagian badan hingga bokong.
Tangga nada dalam alat musik tchyan yang dlatonls. dalam permainannya lebih
mengandalkan feeling atau perasaan. Itulah yang membuat alat musik Ini berbeda
dengan alat musik lainnya.
Pengamat sejarah
yangjuga pemerhati budaya Betawi dari Lembaga Kesenian Betawi (LKB). Yahya .
Andi Saputra, mengungkapkan, tehyan adalah salah satu alat musik Betawi hasil
perpaduan kebudayaan Tionghoa yang masih tersisa. Menurutnya, saat ini tehyan
mulai Jarang dijumpai karena langkanya alat musik tehyan digunakan oleh
masyarakat. Yahya menuturkan, tehyan mulai dikenal di masyarakat pribumi sejak
bangsa Tionghoa datang ke Batavia pada abad ke-17. Saat itu. tehyan menjadi
salah satu alat kesenian Tionghoa yang dibawa ke Batavia. Dulunya alat musik
tehyan dimainkan dalam orkes Yan Kin di mana pemainnya merupakan warga
keturunan Tionghoa. Yahya mengungkapkan, ada beberapa daerah, di mana permainan
alat musik ini tumbuh dengan subur. Orkes Yan Kin dimainkan sebagai penyambut
tamu pada acara tuan tanah, seperti di Jatinegara ataupun Rorotan. Di sinilah
alat musik tehyan mulai dikenal dan akhirnya sering digunakan sebagai pengiring
musik gambang kromong.
Pada dasarnya,
tambah Yahya, dalam orkes Yan Kin terdapat dua alat musik sejenis yang
dimainkan dengan cara dlgesek selain tehyan. yakni alat musik sukong dan
kongahyan. Ketiga alat musik Ini merupakan alat musik sejenis, hanya saja
ukurannya yang berbeda. Ketiganya merupakan alat musik yang berasal dari China.
Daii perpaduan dua kebudayaan inilah beberapa alat musik dalam orkes Yan Kin
berbaur dengan alat musik pribumi. Lagu-lagu atau musik hasil perpaduan dua
alat musik dari kebudayaan berbeda Inilah menghasilkan alunan pada gamelan
ajeng atau gambang kromong.
Seiring
berjalannya waktu, tak Jarang tehyan menjadi alat musik pengiring pada kesenian
ondel-ondel. Seperti yang dilakukan Ahmad Jadi (42) pemilik kesenian
ondel-ondel keliling yang berada di Cempakaputih. Jakarta Pusat. Jadi mengaku
bahwa tehyan menjadi bagian penting alat musik pengiring ondel-ondel. Suara
yang dihasilkan dari tehyan menuntun ondel-ondel ketika menari. Dalam kesenian
ondel-ondel, menurut Ahmad, selain tehyan. unsur alat musik yang digunakan
adalah gendang pencak, rabana, bende atau kemes. nlngnong. serta rebana
ketipring. "Alat musik tehyan dimainkan untuk mengeluarkan unsur melodi
dalam lagu ondel-ondel." tutur Ahmad .
Ketika masa
kepemimipinan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), ondel-ondel
dijadikan sebagai boneka seni khas Betawi. Ondel-ondel juga menjadi seni
pertunjukan rakyat yang menghibur. Ketika melakukan pertunjukan, dengan
menggoyang-goyangkan badan dan kepala yang menoleh ke kiri dan ke kanan,
ondel-ondel sering kali diiringi musik khas Betawi saeperti tanjidor, pencak
Betawi, bende, ningnong, rebana, dan ketimpring.
Ketika wajah
kota Jakarta berubah menjadi lebih modern sekitar 1960-an hingga kini, wajah
boneka raksasa itu tampilannya tidak lagi seram dan berbau mistis. Wajah dan
gambaran dari ondel-ondel masa kini tampak lebih manis dan bersahabat. Hal itu
sejalan dengan fungsi ondel-ondel yang berubah menjadi boneka penghibur bagi
semua kalangan, termasuk anak-anak.
“Benyamin Syueb - Nyok
Nonton Ondel-Ondel
Nyok kita nonton ondel-ondel Nyok!!
Nyok kita ngarak ondel-ondel
nyok!
Ondel-ondel ada anaknya nye
Anaknya ngider-der ideran
MAk!bapak ondel-ondel ngibing ser!
Ngarak penganten disunatin
Goyangnya asik ndut-ndutan
Yang ngiringin enjot-njotan!
Plank dung plang dung plang
plak..plak..plak!
Gendang nyaring ditepak Yang ngiringin nandak pada
surak-surak
Tangan iseng jailin
Pale anak ondel-ondel
Tarukin puntungan
,rambut kebakaran
Anak onel-ondel jijikrakan
Kepale nyale berkobaran
Yang ngarak pada kebingungan
Disiramin air comberan
Nyok kita ngarak ondel-ondel
nyok!
Ondel-ondel ada anaknya nye
Anaknya ngider-der ideran
MAk!bapak ondel-ondel ngibing ser!
Ngarak penganten disunatin
Goyangnya asik ndut-ndutan
Yang ngiringin enjot-njotan!
Plank dung plang dung plang
plak..plak..plak!
Gendang nyaring ditepak Yang ngiringin nandak pada
surak-surak
Tangan iseng jailin
Pale anak ondel-ondel
Tarukin puntungan
,rambut kebakaran
Anak onel-ondel jijikrakan
Kepale nyale berkobaran
Yang ngarak pada kebingungan
Disiramin air comberan
“Jadi Kite sebagai orang yang
tinggal di JAKARTA harus bangga dan melestarikan Kesenian “ONDEL-ONDEL BETAWI
seperti kata bang BENYAMIN S.
Sumber:
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Sejarah_Ondel_-_Ondel_Betawi
http://rahmadpujianto.blogspot.co.id/2012/03/ondel-ondel.html